Monday, October 7, 2013

Review kuliah Observasi (kul4)

Karena pada minggu sebelumnya tersisa 2 kelompok yang belum sempat maju untuk mempresentasikan hasil dari diskusi jurnal, di minggu ke 4 Psikodiagnostik Observasi 2 kelompok melanjutkan apa yang belum sempat disampaikan
Kelompok pertama membahas jurnal yang berjudul "Efektivitas metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak"
  • Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Ke-efektifan bermain peran atau roleplay dapat menambah keterampilan berkomunikasi pada anak.
  • Sampel: 15 orang. 8 anak untuk kelompok eksperimen dan 7 anak untuk kelompok kontrol.
  • Metode pengumpulan data dalam penelitian menggunakan observasi dengan cara metode Child Behavior Checklist (CBCL). Pertama peneliti melakukan pretest untuk memilih anak-anak yang akan menjadi kelompok eksperimen. Lalu setelah diberikan arahan apa saja yang akan dilakukan dalam bermain peran, para subjek diawasi dalam bermain peran. Setelah selesai bermain peran dilakukan post test untuk melihat keterampilan komunikasi pada anak.
  • Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan yang signifikan pada keterampilan komunikasi antara kelompok siswa yang diberikan metode bermain role play dan kelompok yang tidak diberi metode tersebut. Jadi, metode bermain peran efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak. 
Dari hasil presentasi kelompok mendapat banyak masukan dari dosen maupun para mahasiwa lainnya untuk mentela'ah lebih jauh dari apa yang sudah didapat dari dalam jurnal.
Pada kelompok kedua yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Mereka membahas jurnal dengan judul "Memperbaiki Frekuensi membolos melalui konseling pribadi diri"
  • Fenomena: dibangku SMP/SMA sering banyak teman untuk membolos dengan banyak alasan yaitu guru kiler, males dan kesamaan kesenangan.
  • Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas konseling pribadi dapat memperkecil frekuensi membolos konseli pada semester ganjil tahun 2009/2010 di SMA Islam Lumajang.
  • Sampel yang diambil 5 orang.
  • Desain:  kualitatif. 
  • Metode:  Observasi dan Wawancara.
  • Dalam penelitian ini dapat memperkecil frekuensi membolos dengan melakukan cara konseli dengan beberapa sesi, membuat tabel yaitu X: untuk perilaku, Y:untuk penanganannya. Konselor memahami konseli, Alasan membolosnya apa dan karakternya seperti apa. Setelah itu lalu diberikan penanganan.


Dan dalam konsultasi sebelum turun kelapangan untuk melakukan praktek observasi, kelompok kami memutuskan untuk mengganti subjek menjadi anak Sekolah Dasar kelas 1. Karena beberapa  alasan yang juga dipikirkan, seperti jika pada anak sd kemampuan atau keterampilan berkomunikasi kurang maka itu akan berdampak lebih buruk pada kehidupan sosialnya contohnya dia bisa dijauhi atau dibully oleh temannya. 
Dari situ juga kita ingin melihat secara langsung keefektifan bermain roleplay untuk keterampilan komunikasi pada anak yang sudah duduk dibangku SD kelas 1.

Sekian review saya dari pertemuan minggu lalu, terima kasih. 

Monday, September 30, 2013

Review kuliah Observasi (kul3)

Pada pertemuan ke-3 kuliah Psikodiagnostik Observasi 24 September 2013, ada 4 kelompok yang maju untuk mempresentasikan hasil dari diskusi jurnal pada kelompok masing-masing

Kelompok pertama membahas tentang jurnal yang berjudul “Kartu Motivasi Sebagai Bentuk Dukungan Sosial Dalam Proses Perawatan Pada Anak Kanker Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Yang Diberikan Oleh Orangtua Dan Tinjauan Dari Agama Islam
Rumusan masalah: Bagaimana efektivitas pemberian kartu motivasi sebagai bentuk dukungan sosial orangtua terhadap anak yang sedang menjalani proses perawatan kanker LLA?
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Responden yang diambil dalam penelitian berjumlah 5 orang yaitu para orangtua dan dengan anaknya yang terdiagnosa kanker LLA.  Peneliti ini memeilih dan menentukan subjek penelitian dengan cara purposive sampling
Metode pengumpulan data : Observasi dan wawancara mendalam atau in-depth interview (Chaedar,2002).
Hasil penelitian: Pada penelitian ini kartu motivasi menjadi salah satu komunikasi bagi orang tua kepada anak yang terdiagnosa kanker LLA. ke 4 subjek penelitian merasa senang. Subjek 1 dan subjek 5 ikut membuat kartu motivasi untuk dirinya sendiri. Komunikasi antara orang tua dengan subjek bersifat lebih intensif. Komunikasi seperti ini dinyatakan sebagai bentuk komunikasi terapeutik, dimana komunikasi tersebut bersifat penyembuhan. Pada saat pemberian kartu motivasi terlihat adanya hubungan yang lebih dekat antara subjek dengan orang tuanya, subjek menjadi lebih ceria, gembira dan tidak memikirkan penyakit yang diidapnya. Pembuatan kartu motivasi sebagai bentuk dukungan sosial dari orang tua kepada anak yang terdiagnosa kanker LLA secara umum menunjukan hasil yang efektif.
Kesimpulan: Dalam tinjauan Islam, dukungan emosional mencakup empati, kasih sayang, dan perhatian terhadap individu selain itu pemberian kartu motivasi hukumnya adalah mubah atau diperbolehkan
Pembuatan kartu motivasi sebagai bentuk dukungan sosial menjadi salah satu bentuk bagian dari terapi ekspresif yang menggunakan suatu proses seni kreatif untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional seorang anak, yang merupakan suatu bentuk dari art therapy, dan dapat dinyatkan sebagai bentuk komunikasi terapeutik (penyembuhan).
Kekurangan: Tidak ada penjelasan mengenai mekanisme observasi.



Dari kelompok kedua menjelaskan tentang “Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi
Rumusan Masalah: Apakah Konseling kelompok dengan relaksasi dapat mengurangi kecemasan konseli pada saat Ujian Nasional?
Tujuan Penelitian: Membantu konseli mengatasi masalah kecemasan menghadapi ujian, juga untuk meningkatkan aktivitas konseli dalam layanan konseling kelompok.
Metode Pengumpulan Data: Observasi dan angket yang dianalisi secara kualitatif berdasarkan hasil refleksi jawaban positif dari konseli yang mengalami kecemasan.
Sample yang diambil adalah  kelas IXA SMP Negeri 1 Jatiroto yang mengalami kecemasan sejumlah 12 orang terdiri 4 orang konseli laki-laki dan 8 orang konseli perempuan.
Hasil: Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling kelompok dengan strategi relaksasi dapat membantu konseli mengatasi masalah kecemasan juga dapat meningkatkan aktivitas dalam layanan konseling kelompok.


Pada kelompok ke 3  menjelaskan tentang “Sexual Relationships of Elderly Males Who Have Lost Their Spouse”
Fenomena: Jepang memiliki latar belakang sosial dan budaya dimana kehidupan seksual lansia dianggap negatif dan tidak dihormati (Backer, 1984; Yoshizawa, 1986).
Rumusan Masalah:
- Bagaimana hubungan mesra dengan lawan jenis terbentuk?
- Bagaimana mereka berperilaku dalam kehidupannya?
- Apa makna keberadaan teman lawan jenisnya tersebut?
Tujuan Penelitian
- Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bagaimana laki-laki lansia memperoleh hubungan seksual setelah kehilangan pasangan mereka dan sebagai hasilnya seperti apa hubungan sosial yang mereka capai.
- Untuk mencermati perilaku seksual dan pandangan mereka tentang perilaku seksual tersebut.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
- Wawancara semi-terstruktur dengan durasi waktu 2 jam untuk setiap wawancara
- Observasi
Sampel dan tekhnik sampling
Samplenya adalah  3 orang duda berusia diatas 60 tahun
        Karakteristik
–      Tetap menduda tetapi memiliki hubungan seksual saat ini
–      Subjek tinggal dipinggir kota Tokyo dan kota besar di Osaka
        Teknik sampling
–      Snowball sampling
Hasil: Memiliki pasangan seksual wanita membawa semangat tinggi yang dapat membuat perasaan bahagia kepada lansia.



Di kelompok terakhir presentasi hari itu membahas tentang “Pelatihan Regulasi Emosi Untuk Menurunkan Perilaku Agresif Pada Anak
Masalah Penelitian: Apakah pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku agresif pada anak masa sekolah kelas V SD yang berusia 10 tahun?
Metode pengumpulan data:
- Penelitian ini menggunakan perilaku agresif anak sekolah sebagai objeknya, maka peneliti melakukan observasi dengan mengamati dan mengukur perilaku agresif anak kelas V SD yang berusia 10 tahun. Perilaku yang akan diamati adalah perilaku agresif fisik dan verbal yang bersifat terbuka atau tampak.
- Observasi perilaku dilakukan pada saat enam hari sebelum pelatihan (tahap A), enam hari sesudah pelatihan (tahap B) dan empat hari pada follow-up.
Sampel: Subjek penelitian berjumlah dua orang siswa  laki-laki sekolah dasar berusia 10 tahun yang berperilaku agresif.
Hasil: Pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku agresif pada subjek penelitian ini, yaitu anak kelas V SD, berusia 10 tahun dan melakukan perilaku agresif fisik (menendang, memukul, merebut paksa, mengganggu atau usil dan mendorong) serta agresif verbal (mengejek, berteriak-teriak, membentak dan berkata kotor/ kasar). Kemampuan anak untuk melakukan regulasi emosi, yaitu menilai, mengatur.


Sekian review dari pertemuan ketiga kuliah Psikodiagnostik observasi. Terima kasih.