Monday, September 16, 2013

Psikodiagnostik Observasi

Observasi merupakan metode paling dasar dan paling tua dalam sebuah penelitian.
Definisi observasi diarahkan pada memperhatikan secara akurat mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Dari sumber lain juga dijelaskan bahwa observasi adalah mengamati dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman sebagai alat untuk membuktikan informasi yang didapat sebelumnya.

Peran Observer (Spradley, 1980)

  • Observer tidak berperan aktif
  • Observer berperan pasif
  • Observer berperan aktif
  • Observer berperan penuh
Yang diobservasi antara lain:
  • Penampilan fisik
  • gerakan tubuh/penggunaan anggota tubuh
  • ekspresi wajah
  • pembicaraan
  • reaksi emosi
  • aktivitas yang dilakukan
  • dan hal-hal lain yang perlu di observasi.
Teknik dalam observasi yaitu:
  • Observasi partisipan
  • Observasi non-partisipan
  • Observasy labrotory
  • Observasi eksperimental
  • Observasi natural - non-natural
Tujuan observasi
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.


Dari pertemuan pada tanggal 10 September 
terdapat presentasi dan diskusi kelompok.
-Pertama kelompok 3 yang berjudul Seksualitas Remaja Autis Pada Masa Puber
yang menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ekpresi seksual pada remaja autis.
-Kedua jurnal yang berjudul Mangupa Pada Pasangan Pernikahan Pemula dalam Masyarakat Perantau Tapanuli Selatan. Jurnal ini berusaha menjelaskan tentang penelitian dengan tema psikologis tradisi Mangupa.
- dan yang ketiga jurnal yang berjudul Presentasi Diri dan Desepsi dalam Komunikasi Media Computer Pada Pengguna Internet Relay Chat. Jurnal terakhir ini, meneliti tentang bentuk komuikasi antar pribadi dalam sebuah jaringan computer, yaitu dengan komunikasi yang secara langsung dengan bertatap muka namun interaksi yang dilakukan ini tidak lain adalah komunikasi melalui teks-teks.


sumber:
http://www.slideshare.net/wicaksana/psikodiagnostik-observasi-14333762?from_search=3
Kerlinger, F. N. (2000). Asas-Asas Penelitian Behavioral. (3Ed). Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Analisis Jurnal Observasi

Kelompok 3 yang terdiri dari Reco Global Utama, Syifa Alamudi, Ghaisani Widhyasetyanti dan saya sendiri Luni Asri Syahputri, menganalisis tugas Psikodiagnostik II (observasi) yaitu jurnal yang berjudul "Seksualitas Remaja Autis pada Masa Puber"
Dalam jurnal yang di susun oleh Farida Tri Widyasti dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang terdapat beberapa rumusan masalah
Rumusan masalah:
•Bagaimana ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakan oleh remaja autis?
•Bagaimana peran orangtua, guru, terapis, dan caregiver terkait dengan datangnya masa pubertas?
•Bagaimana lingkungan atau masyarakat sekitar merespon perilaku seksual yang ditampakan remaja autis?
•Bagimana pemberian pendidikan seksualitas remaja autis secara tepat ?
Subjek penelitiannya adalah satu perempuan berinisial  VA usia 11 tahun dan satu laki-laki usia 15 tahun yang dianggap sesuai dengan karakteristik penelitian. Selain itu juga terdapat subjek partisipan itu caregiver baik orangtua, pengasuh, guru maupun terapis.
Tujuan penelitian itu sendiri adalah Menggambarkan seksualitas remaja autis pada masa puber. Dalam penelitian ini pemahaman yang digunakan peneliti yakni berupa perubahan perlikau yang dipengaruhi oleh kognisi, dan perubahan afeksi atau emosional yang berhubungan dengan dorongan maupun hasrat seksual.
Dari ketiga prinisip pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam studi kasus, terdapat salah satunya yaitu metode Triangulasi: Wawancara, Observasi dan Dokumen,
Peneliti mewawancarai orang-orang terdekat dari subjek seperti caregiver; orang tua, pengasuh dan guru. Dalam obeservasi peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh subjek, dan dalam dokumen peneliti menggunakan arsip-arsip lama mengenai subjek untuk melihat kondisi subjek kasus.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek mendapatkan hasil yaitu:
•Para orangtua dari kedua subjek memiliki berbagai persiapan sebelum masa puber subjek, baik itu persiapan mental, usaha untuk menambah pengetahuan dalam penanganan puber subjek.
•Guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah, yakni pemberian perhatian yang lebih untuk mengontrol perilaku subjek yang cenderung destructive karena regulasi emosi yang naik turun maupun untuk mengontrol perilaku seksual subjek, dan pada subjek II mulai di ajarkan memakai pantylaners sebelum beralih ke pembalut saat menstruasi.

Namun terdapat beberapa kritik dari hasil diskusi yang telah dilakukan yaitu
  1.  Tidak ada karakteristik khusus bagi subjek kasus.
  2. Tidak dijelaskan jangka waktu penelitiannya.
  3. Tidak dijelaskan ciri-ciri saat perilaku seksual terjadi pada subjek kasus, yaitu pada AH maupun VA.
  4. Tidak disebutkan daerah tempat observasi dilakukannya penelitian.
  5. Tidak dijelaskan tempat subjek kasus bersekolah, apakah disekolah khusus, sekolah umum, atau dirumah/home schooling.
Pertanyaan dan jawaban
Bagaimana tanggapan kelompok tentang etika penelitian saat peneliti melakukan penelitian dimana subjek kasus memperlihatkan/menampilkan perilaku seksual?

  Tangggapan kelompok, berdasarkan sumber yang kami dapatkan yang membahas tentang etika penelitian menurut kami peneliti tidak melanggar etika tersebut. Perilaku yang ditampilkan oleh subjek peneliti masih bisa dikatakan etis atau sesuai dengan etika karena balik lagi ketujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakkan oleh remaja autis pada masa puber. Selain itu Peneliti telah mendapatkan izin dari orang tua subjek selaku caregiver.

Sedangkan panduan etika untuk penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek menurut APA (1990), yaitu :
•Panduan mengharuskan peneliti untuk menghindari semua prosedur yang dapat menyakiti subjek. Dalam hal ini maksud dari “menyakiti” baik secara psikis maupun fisik.
•Jika ada kemungkinan terjadi ketidaknyamanan, peneliti harus memberi tahu subjek terlebih dahulu dan juga mendapatkan persetujuan dari subjek.
•Peneliti tidak boleh mengungkapkan identitas subjek, kecuali jika subjek mengizinkan untuk penyingkapan identitas. 


      referensi
Eprint.undip.ac.id/10858/1/jurnal.pdf 
Wortman,B.C.,Loftus,E.F&Weaver,C.(1999).Psychology 5th ed.San francisco:Mc Graw-Hill College