Kelompok 3 yang terdiri
dari Reco Global Utama, Syifa Alamudi, Ghaisani Widhyasetyanti dan saya sendiri
Luni Asri Syahputri, menganalisis tugas Psikodiagnostik II (observasi) yaitu
jurnal yang berjudul "Seksualitas Remaja Autis pada Masa Puber"
Dalam jurnal yang di
susun oleh Farida Tri Widyasti dari Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro, Semarang terdapat beberapa rumusan masalah
Rumusan masalah:
•Bagaimana ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakan oleh remaja autis?
•Bagaimana peran orangtua,
guru, terapis, dan caregiver terkait dengan datangnya masa pubertas?
•Bagaimana lingkungan atau masyarakat sekitar merespon perilaku seksual yang ditampakan remaja autis?
•Bagimana pemberian pendidikan seksualitas remaja autis secara tepat ?
Subjek penelitiannya
adalah satu perempuan berinisial
VA usia 11 tahun dan satu laki-laki
usia 15 tahun yang dianggap sesuai dengan
karakteristik penelitian. Selain itu juga terdapat subjek partisipan
itu caregiver baik orangtua, pengasuh, guru maupun terapis.
Tujuan penelitian itu
sendiri adalah Menggambarkan seksualitas remaja autis pada masa puber. Dalam
penelitian ini pemahaman yang digunakan peneliti yakni berupa perubahan
perlikau yang dipengaruhi oleh kognisi, dan perubahan afeksi atau emosional yang
berhubungan dengan dorongan maupun hasrat seksual.
Dari ketiga prinisip
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam studi kasus, terdapat salah
satunya yaitu metode Triangulasi: Wawancara, Observasi dan Dokumen,
Peneliti mewawancarai
orang-orang terdekat dari subjek seperti caregiver; orang tua, pengasuh dan
guru. Dalam obeservasi peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh
subjek, dan dalam dokumen peneliti menggunakan arsip-arsip lama mengenai subjek
untuk melihat kondisi subjek kasus.
Dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti kepada subjek mendapatkan hasil yaitu:
•Para orangtua dari kedua subjek memiliki berbagai persiapan sebelum masa puber subjek, baik itu persiapan mental, usaha untuk menambah pengetahuan dalam penanganan puber subjek.
•Guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah, yakni pemberian perhatian yang lebih untuk mengontrol perilaku subjek yang cenderung destructive karena regulasi emosi yang naik turun maupun untuk mengontrol perilaku seksual subjek, dan pada subjek II mulai di ajarkan memakai pantylaners sebelum beralih ke pembalut saat menstruasi.
Namun terdapat beberapa
kritik dari hasil diskusi yang telah dilakukan yaitu
- Tidak ada karakteristik khusus bagi subjek kasus.
- Tidak dijelaskan jangka waktu penelitiannya.
- Tidak dijelaskan ciri-ciri saat perilaku seksual terjadi pada subjek kasus, yaitu pada AH maupun VA.
- Tidak disebutkan daerah tempat observasi dilakukannya penelitian.
- Tidak dijelaskan tempat subjek kasus bersekolah, apakah disekolah khusus, sekolah umum, atau dirumah/home
schooling.
Pertanyaan dan jawaban
Bagaimana tanggapan
kelompok tentang etika penelitian saat peneliti melakukan penelitian dimana
subjek kasus memperlihatkan/menampilkan perilaku seksual?
Tangggapan kelompok,
berdasarkan sumber yang kami dapatkan yang membahas tentang etika penelitian
menurut kami peneliti tidak melanggar etika tersebut. Perilaku yang ditampilkan
oleh subjek peneliti masih bisa dikatakan etis atau sesuai dengan etika karena
balik lagi ketujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji lebih lanjut
mengenai ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakkan oleh remaja
autis pada masa puber. Selain itu Peneliti telah mendapatkan izin dari orang
tua subjek selaku caregiver.
Sedangkan panduan etika
untuk penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek menurut APA (1990),
yaitu :
•Panduan mengharuskan
peneliti untuk menghindari semua prosedur yang dapat menyakiti subjek. Dalam
hal ini maksud dari “menyakiti” baik secara psikis maupun fisik.
•Jika ada kemungkinan terjadi ketidaknyamanan, peneliti harus memberi tahu subjek terlebih dahulu dan juga mendapatkan persetujuan dari subjek.
•Peneliti tidak boleh mengungkapkan identitas subjek, kecuali jika subjek mengizinkan untuk penyingkapan identitas.
•Jika ada kemungkinan terjadi ketidaknyamanan, peneliti harus memberi tahu subjek terlebih dahulu dan juga mendapatkan persetujuan dari subjek.
•Peneliti tidak boleh mengungkapkan identitas subjek, kecuali jika subjek mengizinkan untuk penyingkapan identitas.
referensi
Eprint.undip.ac.id/10858/1/jurnal.pdf
Wortman,B.C.,Loftus,E.F&Weaver,C.(1999).Psychology
5th ed.San francisco:Mc Graw-Hill College
No comments:
Post a Comment