Monday, October 7, 2013

Review kuliah Observasi (kul4)

Karena pada minggu sebelumnya tersisa 2 kelompok yang belum sempat maju untuk mempresentasikan hasil dari diskusi jurnal, di minggu ke 4 Psikodiagnostik Observasi 2 kelompok melanjutkan apa yang belum sempat disampaikan
Kelompok pertama membahas jurnal yang berjudul "Efektivitas metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak"
  • Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Ke-efektifan bermain peran atau roleplay dapat menambah keterampilan berkomunikasi pada anak.
  • Sampel: 15 orang. 8 anak untuk kelompok eksperimen dan 7 anak untuk kelompok kontrol.
  • Metode pengumpulan data dalam penelitian menggunakan observasi dengan cara metode Child Behavior Checklist (CBCL). Pertama peneliti melakukan pretest untuk memilih anak-anak yang akan menjadi kelompok eksperimen. Lalu setelah diberikan arahan apa saja yang akan dilakukan dalam bermain peran, para subjek diawasi dalam bermain peran. Setelah selesai bermain peran dilakukan post test untuk melihat keterampilan komunikasi pada anak.
  • Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan yang signifikan pada keterampilan komunikasi antara kelompok siswa yang diberikan metode bermain role play dan kelompok yang tidak diberi metode tersebut. Jadi, metode bermain peran efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak. 
Dari hasil presentasi kelompok mendapat banyak masukan dari dosen maupun para mahasiwa lainnya untuk mentela'ah lebih jauh dari apa yang sudah didapat dari dalam jurnal.
Pada kelompok kedua yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Mereka membahas jurnal dengan judul "Memperbaiki Frekuensi membolos melalui konseling pribadi diri"
  • Fenomena: dibangku SMP/SMA sering banyak teman untuk membolos dengan banyak alasan yaitu guru kiler, males dan kesamaan kesenangan.
  • Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas konseling pribadi dapat memperkecil frekuensi membolos konseli pada semester ganjil tahun 2009/2010 di SMA Islam Lumajang.
  • Sampel yang diambil 5 orang.
  • Desain:  kualitatif. 
  • Metode:  Observasi dan Wawancara.
  • Dalam penelitian ini dapat memperkecil frekuensi membolos dengan melakukan cara konseli dengan beberapa sesi, membuat tabel yaitu X: untuk perilaku, Y:untuk penanganannya. Konselor memahami konseli, Alasan membolosnya apa dan karakternya seperti apa. Setelah itu lalu diberikan penanganan.


Dan dalam konsultasi sebelum turun kelapangan untuk melakukan praktek observasi, kelompok kami memutuskan untuk mengganti subjek menjadi anak Sekolah Dasar kelas 1. Karena beberapa  alasan yang juga dipikirkan, seperti jika pada anak sd kemampuan atau keterampilan berkomunikasi kurang maka itu akan berdampak lebih buruk pada kehidupan sosialnya contohnya dia bisa dijauhi atau dibully oleh temannya. 
Dari situ juga kita ingin melihat secara langsung keefektifan bermain roleplay untuk keterampilan komunikasi pada anak yang sudah duduk dibangku SD kelas 1.

Sekian review saya dari pertemuan minggu lalu, terima kasih. 

Monday, September 30, 2013

Review kuliah Observasi (kul3)

Pada pertemuan ke-3 kuliah Psikodiagnostik Observasi 24 September 2013, ada 4 kelompok yang maju untuk mempresentasikan hasil dari diskusi jurnal pada kelompok masing-masing

Kelompok pertama membahas tentang jurnal yang berjudul “Kartu Motivasi Sebagai Bentuk Dukungan Sosial Dalam Proses Perawatan Pada Anak Kanker Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Yang Diberikan Oleh Orangtua Dan Tinjauan Dari Agama Islam
Rumusan masalah: Bagaimana efektivitas pemberian kartu motivasi sebagai bentuk dukungan sosial orangtua terhadap anak yang sedang menjalani proses perawatan kanker LLA?
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Responden yang diambil dalam penelitian berjumlah 5 orang yaitu para orangtua dan dengan anaknya yang terdiagnosa kanker LLA.  Peneliti ini memeilih dan menentukan subjek penelitian dengan cara purposive sampling
Metode pengumpulan data : Observasi dan wawancara mendalam atau in-depth interview (Chaedar,2002).
Hasil penelitian: Pada penelitian ini kartu motivasi menjadi salah satu komunikasi bagi orang tua kepada anak yang terdiagnosa kanker LLA. ke 4 subjek penelitian merasa senang. Subjek 1 dan subjek 5 ikut membuat kartu motivasi untuk dirinya sendiri. Komunikasi antara orang tua dengan subjek bersifat lebih intensif. Komunikasi seperti ini dinyatakan sebagai bentuk komunikasi terapeutik, dimana komunikasi tersebut bersifat penyembuhan. Pada saat pemberian kartu motivasi terlihat adanya hubungan yang lebih dekat antara subjek dengan orang tuanya, subjek menjadi lebih ceria, gembira dan tidak memikirkan penyakit yang diidapnya. Pembuatan kartu motivasi sebagai bentuk dukungan sosial dari orang tua kepada anak yang terdiagnosa kanker LLA secara umum menunjukan hasil yang efektif.
Kesimpulan: Dalam tinjauan Islam, dukungan emosional mencakup empati, kasih sayang, dan perhatian terhadap individu selain itu pemberian kartu motivasi hukumnya adalah mubah atau diperbolehkan
Pembuatan kartu motivasi sebagai bentuk dukungan sosial menjadi salah satu bentuk bagian dari terapi ekspresif yang menggunakan suatu proses seni kreatif untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional seorang anak, yang merupakan suatu bentuk dari art therapy, dan dapat dinyatkan sebagai bentuk komunikasi terapeutik (penyembuhan).
Kekurangan: Tidak ada penjelasan mengenai mekanisme observasi.



Dari kelompok kedua menjelaskan tentang “Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi
Rumusan Masalah: Apakah Konseling kelompok dengan relaksasi dapat mengurangi kecemasan konseli pada saat Ujian Nasional?
Tujuan Penelitian: Membantu konseli mengatasi masalah kecemasan menghadapi ujian, juga untuk meningkatkan aktivitas konseli dalam layanan konseling kelompok.
Metode Pengumpulan Data: Observasi dan angket yang dianalisi secara kualitatif berdasarkan hasil refleksi jawaban positif dari konseli yang mengalami kecemasan.
Sample yang diambil adalah  kelas IXA SMP Negeri 1 Jatiroto yang mengalami kecemasan sejumlah 12 orang terdiri 4 orang konseli laki-laki dan 8 orang konseli perempuan.
Hasil: Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling kelompok dengan strategi relaksasi dapat membantu konseli mengatasi masalah kecemasan juga dapat meningkatkan aktivitas dalam layanan konseling kelompok.


Pada kelompok ke 3  menjelaskan tentang “Sexual Relationships of Elderly Males Who Have Lost Their Spouse”
Fenomena: Jepang memiliki latar belakang sosial dan budaya dimana kehidupan seksual lansia dianggap negatif dan tidak dihormati (Backer, 1984; Yoshizawa, 1986).
Rumusan Masalah:
- Bagaimana hubungan mesra dengan lawan jenis terbentuk?
- Bagaimana mereka berperilaku dalam kehidupannya?
- Apa makna keberadaan teman lawan jenisnya tersebut?
Tujuan Penelitian
- Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bagaimana laki-laki lansia memperoleh hubungan seksual setelah kehilangan pasangan mereka dan sebagai hasilnya seperti apa hubungan sosial yang mereka capai.
- Untuk mencermati perilaku seksual dan pandangan mereka tentang perilaku seksual tersebut.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
- Wawancara semi-terstruktur dengan durasi waktu 2 jam untuk setiap wawancara
- Observasi
Sampel dan tekhnik sampling
Samplenya adalah  3 orang duda berusia diatas 60 tahun
        Karakteristik
–      Tetap menduda tetapi memiliki hubungan seksual saat ini
–      Subjek tinggal dipinggir kota Tokyo dan kota besar di Osaka
        Teknik sampling
–      Snowball sampling
Hasil: Memiliki pasangan seksual wanita membawa semangat tinggi yang dapat membuat perasaan bahagia kepada lansia.



Di kelompok terakhir presentasi hari itu membahas tentang “Pelatihan Regulasi Emosi Untuk Menurunkan Perilaku Agresif Pada Anak
Masalah Penelitian: Apakah pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku agresif pada anak masa sekolah kelas V SD yang berusia 10 tahun?
Metode pengumpulan data:
- Penelitian ini menggunakan perilaku agresif anak sekolah sebagai objeknya, maka peneliti melakukan observasi dengan mengamati dan mengukur perilaku agresif anak kelas V SD yang berusia 10 tahun. Perilaku yang akan diamati adalah perilaku agresif fisik dan verbal yang bersifat terbuka atau tampak.
- Observasi perilaku dilakukan pada saat enam hari sebelum pelatihan (tahap A), enam hari sesudah pelatihan (tahap B) dan empat hari pada follow-up.
Sampel: Subjek penelitian berjumlah dua orang siswa  laki-laki sekolah dasar berusia 10 tahun yang berperilaku agresif.
Hasil: Pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku agresif pada subjek penelitian ini, yaitu anak kelas V SD, berusia 10 tahun dan melakukan perilaku agresif fisik (menendang, memukul, merebut paksa, mengganggu atau usil dan mendorong) serta agresif verbal (mengejek, berteriak-teriak, membentak dan berkata kotor/ kasar). Kemampuan anak untuk melakukan regulasi emosi, yaitu menilai, mengatur.


Sekian review dari pertemuan ketiga kuliah Psikodiagnostik observasi. Terima kasih.

Sunday, September 22, 2013

Pendekar Bodoh

Selasa tanggal 10 September 2013 kira-kira jam setengah 9 lebih beberapa menit, baru beberapa mahasiswa yang sampai untuk mengikuti mata kuliah Psikodiagnostik II Observasi, karena kebetulan ada beberapa hal yang mau gue bicarain sama Sunny, gue putusin untuk datang lebih awal.
Taro tas, ngomongin soal slide kelompok, terus ngomongin beberapa hal diluar tugas kuliah juga, kayak kemana dia kemarin, dan lain-lain. Sesudah itu mas Seta mempersilahkan kita untuk duluan presentasi karena baru kelompok kita aja yang lengkap.

Waktu menyiapkan peng-connect-an antara kabel projectors sama laptop, sambil senyum mas Seta tiba-tiba membahas soal nama Perusahaan yang menaungi restaurant seafood yang sudah mulai banyak dijumpai yaitu D'Cost. Mas Seta cuma ngebiarin gue dalam penasaran sama pertanyaannya "Pernah tahu nama perusahaannya D'cost ngga? Namanya unik." Stop sampai situ aja.

Waktu itu seinget gue, bapak pernah ngomongin soal masalah nama PT yang unik, berhubung bapak juga orangnya rada unik dia suka hal hal unik. Selesai kuliah gue langsung pulang dan mulai buka-buka lagi potongan koran kecil-kecil yang suka bapak bawa pulang karena artikelnya ada hal-hal unik yang menurut bapak patut anaknya baca juga.

Dan sayangnya nama PT unik itu ngga ketemu di potongan koran yang sudah sisa sedikit itu.
Terus iseng-iseng karena udah penasaran banget barulah gue memutuskan untuk buka websitenya d'cost.
pertama buka home, baca satu persatu kata... ngga ketemu, terus buka deh tentang d'cost, ngga ketemu juga. Terus keinget sama koran-koran nama PT bapak akhirnya gue pilih media.

YAP! langsung deh muncul beberapa artikel tentang D'cost tapi itu juga ngga langsung ketemu nama perusahaannya.  Barulah waktu lihat koran kedua ketemu lah nama PT PENDEKAR BODOH. Itu artikel isinya sama potongan koran yang waktu  pernah bapak tunjukin. Duh tapi bener-bener unik namanya dan sekali lagi "Don't judge a book by its cover" PT Pendekar Bodoh udah menangin beberapa penghargaan walaupun dari namanya bodoh itu tidak pintar bahasa halusnya, tapi dia punya trik unik dalam marketing bikin pelanggannya mau-mau lagi balik ke d'cost.

Sukses terus deh buat Pendekar Bodoh. ups maksudnya PT Pendekar Bodoh. hihi

Review kuliah Observasi (2)


Halo~ Kembali lagi dengan review perkuliah selasa kemarin
      Dalam pertemuan kuliah yang kedua dalam mata kuliah Psikodiagnostik II Observasi tgl 17 September 2013, membahas tentang etika dalam penelitian yang ditanyakan pada kuliah sebelumnya kepada kelompok 3. 
      Jadi kelompok 3 berusaha untuk mencari jawabannya dari buku yang berbahasa inggris lebih tepatnya buku Psychology edisi kelima oleh Wordman.
      Kode etik terhadap subjek dalam penelitian:
      1. Menghindari perasaan tidak nyaman atau tidak boleh hal yang bersifat menyakiti subjek.
      2. Sebelum melakukan penelitian harus meminta izin kepada subjek.
      3. Peneliti tidak boleh mengungkapakan nama asli subjek penelitian (tidak boleh di publish) hanya diperbolehkan menggunakan inisial.

Bagi yang mau melakukan penelitian mulai sekarang harus lebih berhati-hati dan menjaga kenyamanan subjeknya ya...

Selanjutnya dilanjutkan presentasi dari kelompok-kelompok yang membahas jurnal berjudul

“Penerapan Terapi Realitas untuk Membantu Coping-Stress pada Wanita Pekerja Seksual dengan HIV Positif"
      Rumusan masalahnya adalah:
·         Bagaimana efektifitas terapi realitas dalam mengatasi stress pada wanita pekerja seksual yang mengidap HIV positif?
·         Apa yang menjadi sumber stress pada wanita pekerja seksual yang mengidap HIV positif?
   
      Definisi coping-stress menurut Sarafino (dalam Maifrisco, 2008) adalah proses dimana individu melakukan usaha untuk mengatur situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan usaha dan kemampuan yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres.
       
      Hasil dari penelitiannya:
1.   Sumber stress pada WPS :
·        Perasaan berdosa/ bersalah dengan perilakunya
·        Tanggapan keluarga inti dan masyarakat sekitar
·        Kekhawatiran pada kematian
·        Kesakitan yang harus dirasakan
·        Perasaan takut ditinggal oleh pasangan
·        Keinginan untuk membentuk kehidupan rumah tangga dan memiliki keturunan
2.    Terpenuhinya beberapa perubahan kondisi perilaku yang diharapkan muncul :
·         Pola perilaku yang sehat
·         Memeriksakan kesehatannya secara rutin
·         Pola makan dan istirahat yang lebih baik
·         Kemampuan subjek untuk mengambil keputusan menceritakan kondisinya kepada calon pendamping
·         Melakukan coping-stress dengan metode active approach atau menghadapi realita yg dialami.

"Subjective Well-Being Anak dari Orang Tua Yang Bercerai"
      Untuk mengetahui dinamika psikologis subjective well-being anak dari orang tua yang bercerai.
      Hasil penelitian pada tiap subyek diuraikan berdasarkan urutan kronologis, yaitu pre, post 1, dan post 2.
1.   Kondisi pre menggambarkan keadaan subjective well-being subyek sebelum perceraian orang tuanya, yang mana ditemukan bahwa subyek memiliki tingkat subjective well-being yang cenderung rendah.
2.   Kondisi post 1 yaitu kondisi subyek setelah perceraian orang tuanya, menggambarkan subjective well-being yang masih memiliki kecenderungan rendah.
3.   Kondisi post 2 menggambarkan kondisi subyek setelah perceraian orang tuanya yang mana sudah terjadi peningkatan kualitas subjective well-being menjadi lebih baik.

"Analisis Gender pada Iklan Televisi dengan Metode Semiotika"
      Rumusan masalahnya adalah “Apakah iklan berimplikasi pada pengukuhan kembali nilai gender streotipe bila iklan yang bersangkutan memuat ideologi gender yang seksis?
      Hasil: Analisis Iklan Pond's White Beauty Baru
      Iklan ini merepresentasikan ideologi gender yang seksis, dimana perempuan diletakkan pada posisi subordinat yang harus memenuhi keinginan laki-laki agar tubuhnya diinginkan oleh laki-laki. Produsen (pengiklan) sengaja menciptakan citra kecantikan ideal ini agar dipakai oleh calon konsumen sebagai standar kecantikan pribadi calon konsumennya. Dengan demikian calon konsumen yang melihat iklan inipun akan menjadi konsumen aktif bagi produk ini.

"Studi Kasus: Dampak Psikososial Enuresis Pada Remaja Putri"
Tujuan : Untuk mengetahui dari dampak psikososial enuresis pada remaja putri, apakah ada faktor yang mempengaruhi dalam keseharian dalam kualitas hubungan subjek dengan orang tua, saudara dan teman sekolah.
Hasil:
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat beberapa dampak psikososial yang dialami oleh subyek yang mengalami mixed enuresis yaitu :
1.    Hubungan dg orang tua yg tidak sedekat saudara-saudaranya.
2.    Mendapat labeling di rumah
3.    Ekspresi verbal yg cenderung kasar
4.    Orang tua beranggapan subjek semaunya sendiri dan susah diatur
5.    Sering mendapat ejekan

      Di Sekolah
1.    Sedikit memiliki teman
2.    Merasa tidak disukai dan ditolak keberadaannya
3.    Pasif pada saat pelajaran
4.    Mendapat bullying berupa ditertawakan, digunjingkan, dan diabaikan.
5.    Ada usaha untuk melakukan kontak sosial dengan teman-temannya namun diabaikan.

Kelemahan dari penelitian: hanya mengambil satu subjek. Sehingga memungkinkan kurang dalam informasi yang didapat dan informasi yang didapat tidak bervariasi.

Kelebihan: Peneliti menangani subjek dengan lebih detail karena hampir semua informasi tentang subjek memudahkan penelitian, memiliki waktu lebih untuk melakukan observasi dan memfokuskan pada satu subjek. Orang tua, teman, dan lingkungan subjek kooperatif dalam memberikan informasi. 


      Dalam kuliah ini juga dijelaskan beberapa cara yang disarankan oleh mas Seta dalam melakukan penelitian yaitu kita harus mencari fenomena terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang akan kita teliti.

      Setelah fenomena kita temukan barulah teori-teori psikologi kita cari untuk mempersenjatai kita dalam mengerjakan penelitian tersebut.




Sumber
 Jurnal Psikologi Volume 35, No. 2 Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada


Friday, September 20, 2013

Nautica Escrita's 1st Anniversary

^^v shall I credit my own self for the poster?
cr looneyaci then XD

Monday, September 16, 2013

Psikodiagnostik Observasi

Observasi merupakan metode paling dasar dan paling tua dalam sebuah penelitian.
Definisi observasi diarahkan pada memperhatikan secara akurat mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Dari sumber lain juga dijelaskan bahwa observasi adalah mengamati dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman sebagai alat untuk membuktikan informasi yang didapat sebelumnya.

Peran Observer (Spradley, 1980)

  • Observer tidak berperan aktif
  • Observer berperan pasif
  • Observer berperan aktif
  • Observer berperan penuh
Yang diobservasi antara lain:
  • Penampilan fisik
  • gerakan tubuh/penggunaan anggota tubuh
  • ekspresi wajah
  • pembicaraan
  • reaksi emosi
  • aktivitas yang dilakukan
  • dan hal-hal lain yang perlu di observasi.
Teknik dalam observasi yaitu:
  • Observasi partisipan
  • Observasi non-partisipan
  • Observasy labrotory
  • Observasi eksperimental
  • Observasi natural - non-natural
Tujuan observasi
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.


Dari pertemuan pada tanggal 10 September 
terdapat presentasi dan diskusi kelompok.
-Pertama kelompok 3 yang berjudul Seksualitas Remaja Autis Pada Masa Puber
yang menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ekpresi seksual pada remaja autis.
-Kedua jurnal yang berjudul Mangupa Pada Pasangan Pernikahan Pemula dalam Masyarakat Perantau Tapanuli Selatan. Jurnal ini berusaha menjelaskan tentang penelitian dengan tema psikologis tradisi Mangupa.
- dan yang ketiga jurnal yang berjudul Presentasi Diri dan Desepsi dalam Komunikasi Media Computer Pada Pengguna Internet Relay Chat. Jurnal terakhir ini, meneliti tentang bentuk komuikasi antar pribadi dalam sebuah jaringan computer, yaitu dengan komunikasi yang secara langsung dengan bertatap muka namun interaksi yang dilakukan ini tidak lain adalah komunikasi melalui teks-teks.


sumber:
http://www.slideshare.net/wicaksana/psikodiagnostik-observasi-14333762?from_search=3
Kerlinger, F. N. (2000). Asas-Asas Penelitian Behavioral. (3Ed). Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Analisis Jurnal Observasi

Kelompok 3 yang terdiri dari Reco Global Utama, Syifa Alamudi, Ghaisani Widhyasetyanti dan saya sendiri Luni Asri Syahputri, menganalisis tugas Psikodiagnostik II (observasi) yaitu jurnal yang berjudul "Seksualitas Remaja Autis pada Masa Puber"
Dalam jurnal yang di susun oleh Farida Tri Widyasti dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang terdapat beberapa rumusan masalah
Rumusan masalah:
•Bagaimana ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakan oleh remaja autis?
•Bagaimana peran orangtua, guru, terapis, dan caregiver terkait dengan datangnya masa pubertas?
•Bagaimana lingkungan atau masyarakat sekitar merespon perilaku seksual yang ditampakan remaja autis?
•Bagimana pemberian pendidikan seksualitas remaja autis secara tepat ?
Subjek penelitiannya adalah satu perempuan berinisial  VA usia 11 tahun dan satu laki-laki usia 15 tahun yang dianggap sesuai dengan karakteristik penelitian. Selain itu juga terdapat subjek partisipan itu caregiver baik orangtua, pengasuh, guru maupun terapis.
Tujuan penelitian itu sendiri adalah Menggambarkan seksualitas remaja autis pada masa puber. Dalam penelitian ini pemahaman yang digunakan peneliti yakni berupa perubahan perlikau yang dipengaruhi oleh kognisi, dan perubahan afeksi atau emosional yang berhubungan dengan dorongan maupun hasrat seksual.
Dari ketiga prinisip pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam studi kasus, terdapat salah satunya yaitu metode Triangulasi: Wawancara, Observasi dan Dokumen,
Peneliti mewawancarai orang-orang terdekat dari subjek seperti caregiver; orang tua, pengasuh dan guru. Dalam obeservasi peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh subjek, dan dalam dokumen peneliti menggunakan arsip-arsip lama mengenai subjek untuk melihat kondisi subjek kasus.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek mendapatkan hasil yaitu:
•Para orangtua dari kedua subjek memiliki berbagai persiapan sebelum masa puber subjek, baik itu persiapan mental, usaha untuk menambah pengetahuan dalam penanganan puber subjek.
•Guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah, yakni pemberian perhatian yang lebih untuk mengontrol perilaku subjek yang cenderung destructive karena regulasi emosi yang naik turun maupun untuk mengontrol perilaku seksual subjek, dan pada subjek II mulai di ajarkan memakai pantylaners sebelum beralih ke pembalut saat menstruasi.

Namun terdapat beberapa kritik dari hasil diskusi yang telah dilakukan yaitu
  1.  Tidak ada karakteristik khusus bagi subjek kasus.
  2. Tidak dijelaskan jangka waktu penelitiannya.
  3. Tidak dijelaskan ciri-ciri saat perilaku seksual terjadi pada subjek kasus, yaitu pada AH maupun VA.
  4. Tidak disebutkan daerah tempat observasi dilakukannya penelitian.
  5. Tidak dijelaskan tempat subjek kasus bersekolah, apakah disekolah khusus, sekolah umum, atau dirumah/home schooling.
Pertanyaan dan jawaban
Bagaimana tanggapan kelompok tentang etika penelitian saat peneliti melakukan penelitian dimana subjek kasus memperlihatkan/menampilkan perilaku seksual?

  Tangggapan kelompok, berdasarkan sumber yang kami dapatkan yang membahas tentang etika penelitian menurut kami peneliti tidak melanggar etika tersebut. Perilaku yang ditampilkan oleh subjek peneliti masih bisa dikatakan etis atau sesuai dengan etika karena balik lagi ketujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakkan oleh remaja autis pada masa puber. Selain itu Peneliti telah mendapatkan izin dari orang tua subjek selaku caregiver.

Sedangkan panduan etika untuk penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek menurut APA (1990), yaitu :
•Panduan mengharuskan peneliti untuk menghindari semua prosedur yang dapat menyakiti subjek. Dalam hal ini maksud dari “menyakiti” baik secara psikis maupun fisik.
•Jika ada kemungkinan terjadi ketidaknyamanan, peneliti harus memberi tahu subjek terlebih dahulu dan juga mendapatkan persetujuan dari subjek.
•Peneliti tidak boleh mengungkapkan identitas subjek, kecuali jika subjek mengizinkan untuk penyingkapan identitas. 


      referensi
Eprint.undip.ac.id/10858/1/jurnal.pdf 
Wortman,B.C.,Loftus,E.F&Weaver,C.(1999).Psychology 5th ed.San francisco:Mc Graw-Hill College